Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer quotes (showing 1-30 of 119)
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis,
ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah
bekerja untuk keabadian.”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?”
― Pramoedya Ananta
― Pramoedya Ananta
“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar
kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya
hewan yang pandai.”
― Pramoedya Ananta Toe
― Pramoedya Ananta Toe
“Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh,
dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang-orang lain
pandai”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”
― Pramoedya Ananta Toer,
― Pramoedya Ananta Toer,
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau
menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh,
jauh di kemudian hari. (Mama, 84)”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“A mother knows what her child's gone through, even if she didn't see it herself.”
― Pramoedya Ananta Toer,
― Pramoedya Ananta Toer,
“Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya
akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran mudah, dan
semua akan jadi mudah; jangan takut pada pelajaran apa pun, karena
ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Menulis adalah sebuah keberanian...”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“How simple life is. It's as simple as this: you're hungry and you
eat, you're full and you shit. Between eating and shitting, that's
where human life is found. - (Houseboy + Maid, in Tales from Djakarta)”
― Pramoedya Ananta Toer,
― Pramoedya Ananta Toer,
“Kalau mati, dengan berani; kalau hidup, dengan berani. Kalau
keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah
kita.”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Dan alangkah indah kehidupan tanpa merangkak-rangkak di hadapan orang lain”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada
keceriannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada
penderitaannya saja, dia sakit.
(Anak Semua Bangsa, h. 199)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Anak Semua Bangsa, h. 199)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa ia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirannya
(Rumah Kaca, h. 46)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Rumah Kaca, h. 46)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang
lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai.
(Nyai Ontosoroh)”
― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah
(Rumah Kaca, h. 352)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Rumah Kaca, h. 352)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan
berfikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang
berjiwa kriminal, biarpun dia sarjana”
― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
“Menulislah sedari SD, apa pun yang ditulis sedari SD pasti jadi.”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang
bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu
benar akan tujuan hidupnya
(Rumah Kaca, h. 409)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Rumah Kaca, h. 409)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi bangsa-bangsa lain.”
― Pramoedya Ananta Toer, Jalan Raya Pos, Jalan Daendels
― Pramoedya Ananta Toer, Jalan Raya Pos, Jalan Daendels
“Kita semua harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja
adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang. Karena manusia
juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau
membikin kenyataan-kenyataan baru, maka “kemajuan” sebagai kata dan
makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia
(Rumah Kaca, h. 436)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Rumah Kaca, h. 436)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun ?
Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin,
akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”
― Pramoedya Ananta Toer
Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin,
akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”
― Pramoedya Ananta Toer
“Kalian pemuda, kalau kalian tidak punya keberanian, sama saja dengan ternak karena fungsi hidupnya hanya beternak diri”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas
(Bumi Manusia, h. 138)”
― Pramoedya Ananta Toer
(Bumi Manusia, h. 138)”
― Pramoedya Ananta Toer
“Tanpa mempelajari bahasa sendiri pun orang takkan mengenal bangsanya sendiri”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
“Kita telah melawan Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.”
― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia
“Dahulu dia selalu katakan apa yang dia pikirkan, tangiskan, apa
yang ditanggungkan, teriakan ria kesukaan di dalam hati remaja. Kini dia
harus diam- tak ada kuping sudi suaranya.”
― Pramoedya Ananta Toer
― Pramoedya Ananta Toer
No comments:
Post a Comment